Minggu, 22 April 2012
Rational Emotive Therapy atau Teori Rasional Emotif
Rational Emotive Therapy atau Teori Rasional Emotif mulai dikembangan di Amerika pada tahun 1960-an oleh Albert Ellis, seorang Doktor dan Ahli dalam Psikologi Terapeutik yang juga seorang eksistensialis dan juga seorang Neo Freudian. Teori ini dikembangkanya ketika ia dalam praktek terapi mendapatkan bahwa sistem psikoanalisis ini mempunyai kelemahan kelemahan secara teoritis (Ellis, 1974).
A.Konsep-Konsep Utama
Teori Rasional Emotif ini menitik beratkan manusia kepada tindakan berpikir, menilai, menganalisa, dan bertindak. Neurosis adalah pemikiran dan tingkah laku irasional. Ganguan – gangguan emosional berakar pada masa kanak – kanak, tetapi dikekalkan melalui reindoktrinasi sekarang. Sistem keyakinan adalah penyebab masalah – masalah emosional. Oleh karenanya, klien ditantang untuk menguji kesahihan keyakinan – keyakinan tertentu. Metode ilmiah diterapkan pada kehidupan sehari – hari.
1.Pandangan tentang sifat manusia
Terapi rasional emotif adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun berpikir irasional dan jahat. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualisasikan diri. Sebaliknya, manusia juga memiliki kecenderungan-kecenderungan ke arah menghancurkan diri, menghindari pemikiran, berlambat-lambat, menyesali kesalahan-kesalahan secara tak berkesudahan, takhayul, intoleransi, perfeksionisme, dan mencela diri, serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri.
2.Unsur pokok terapi rasional-emotif
Menurut Ellis unsur pokok terapi rasional-emotif adalah asumsi bahwa berpikir dan emosi bukan dua proses yang terpisah melainkan dua hal yang saling bertumpang tindih, dan dalam prakteknya kedua hal itu saling terkait. Emosi disebabkan dan dikendalikan oleh pikiran. Emosi adalah pikiran yang dialihkan dan diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intristik. Pikiran-pikiran seseorang dapat menjadi emosi seseorang dan merasakan sesuatu dalam situasi tertentu dapat menjadi pemikiran seseorang. Atau dengan kata lain, pikiran mempengaruhi emosi dan sebaliknya emosi mempengaruhi pikiran. Pikiran seseorang dapat menjadi emosinya, dan emosi dalam keadaan tertentu dapat berubah menjadi pikiran.
3.Terapi Rasional – Emotif dan Teori Kepribadian
Neurosis adalah pemikiran dan tingkah laku irasional. Gangguan-gangguan emosional berakar pada masa kanak-kanak, tetapi dikekalkan melalui reindoktrinasi sekarang. Sistem keyakinan adalah penyebab masalah-masalah emosional. Oleh karenanya, klien ditantang untuk menguji kesahihan keyakinan-keyakinan tertentu. Metode ilmiah diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
Terapi rasional emotif menekankan bahwa menyalahkan adalah inti sebagan besar gangguan emosional. Oleh karena itu, jika kita ingin menyembuhkan orang yang neurotic dan psikotik, kita harus menghentikan penyalahan diri dan penyalahan terhadap orang lain yang ada pada orang tersebut. Orang perlu belajar untuk menerima dirinya sendiri dengan segala kekurangannya.
4.Teori A-B-C tentang Kepribadian
Teori A – B – C tentang kepribadian sangatlah penting bagi teori dan praktek Terapi Rasional Emotif. A adalah keberadaan suatu fakta, suatu peristiwa, tingkah laku atau sikap seseorang. C adalah konsekuensi atau reaksi emosional seseorang, reaksi ini bisa layak dan bisa pula tidak layak. A (peristiwa yang mengaktifkan ), bukan penyebab timbulnya C (Konsekuensi emosional ). B yaitu keyakinan individu tentang A, yang menjadi penyebab C, yakni reaksi emosional.
A (Activating experiences atau pengalaman-pengalaman pemicu) seperti kesulitan - kesulitan keluarga, kendala-kendala pekerjaan, trauma-trauma masa kecil, dan hal-hal lain yang kita anggap sebagai penyebab ketidakbahagiaan.
B ( Beliefs ) adalah keyakinan-keyakinan, terutama yang bersifat irasional dan merusak diri sendiri yang merupakan sumber ketidakbahagiaan kita.
C ( Consequence ) adalah konsekuensi-konsekuensi berupa gejala neurotik dan emosi-emosi negatif seperti panik, dendam dan amarah karena depresi yang bersumber dari keyakinan - keyakinan kita yang keliru.
Setelah A – B – C menyusul D, membahas bahwa pada dasarnya D adalah penerapan metode ilmiah untuk membantu para klien menantang keyakinan – keyakinannya yang irasional yang telah mengakibatkan gangguan – gangguan emosi dan tingkah laku. Karena prinsip – prinsip logika bisa diajarkan, prinsip – prinsip ini bisa digunakan untuk menghancurkan hipotesis – hipotesis yang tidak realistis dan yang tidak bisa diuji kebenarannya. Metode logikoempiris ini bisa membantu para klien menyingkirkan ideologi – ideologi yang merusak diri.
B.CONTOH TERAPI RASIONAL EMOTIF
1.Aku benar – benar bersalah karena bercerai, aku memang sial, dan segala kulakukan selama ini salah. Aku orang yang tak berharga, aku merasa kesepian dan tertolak, dan ini adalah bencana yang mengerikan bagiku.
2.Orang depresi merasa sedih dan kesepian karena dia keliru berpikir bahwa dirinya tidak pantas dan merasa tersingkir”. Padahal, penampilan orang depresi sama saja dengan orang yang tidak mengalami depresi. Jadi, tugas seorang terapis bukanlah menyerang perasaan sedih dan kesepian yang dialami orang depresi, melainkan menyerang keyakinan mereka yang negatif terhadap diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA :
Corey, Gerald. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi . Bandung: PT Rafika Aditama.
Nelson, Richard. 2011. Teori dan Praktik KOnseling dan Terapi.Yogyakarta : Pustaka Belajar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Salam Sukses buat kakak...
BalasHapusDi blog kakak kok ga ada link Gunadarmanya ya..?
hmm... tolong di cantumkan ya kak, biar menandakan mahasiswa Gunadarma.. :-)
::Pesan BAPSI