Kamis, 03 November 2011

Anjungan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)

I. Profil Anjungan Nanggroe Aceh Darussalam

Anjungan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) merupakan salah satu Anjungan Daerah di Taman Mini Indonesia Indah. Di anjungan ini terdapat beberapa bangunan seperti menampilkan dua rumah adat sebagai bangunan induk, lumbung padi (krueng pade), penumbuk padi (jeungki), tempat kumpul (bale), langgar (meunasah), panggung pergelaran, pesawat Dakota RI-001 Seulawah, toko cenderamata, dan bangunan kantor.

1.Bangunan rumah adat Aceh Besar (rumoh Aceh)
Berupa rumah panggung 2,5 sampai 3 meter di atas tanah. Rumah ini terbuat dari kayu dan ditopang empat deret tiang kayu bulat yang berjarak sama sehingga membentuk segi empat. Salah satu ciri rumah adat Aceh adalah pintu yang berada di lantai rumah, dibuka ke atas, dan dihubungkan oleh tangga yang diletakkan di kolong rumah. Meskipun demikian ada yang membuat pintu menghadap ke halaman dengan tangga di pinggir lantai.
Rumoh Aceh pada umumnya terdiri atas tiga ruangan: serambi depan (seuramo keue), berfungsi sebagai tempat menerima tamu, tempat mengaji, dan tempat tidur anak lelaki; ruangan tengah (jureu), memiliki dua bilik: rumoh inong yang berfungsi sebagai kamar tidur kepala keluarga dan ruang anjong untuk kamar tidur anak gadis; serta serambi belakang (seuramo liekot) yang berfungsi sebagai dapur dan tempat makan keluarga.
Bangunan ini dipergunakan sebagai ruang peragaan berbagai aspek budaya dan adat istiadat 18 kabupaten dan 5 kotamadya, antara lain pelaminan dengan motif sulaman khas Aceh, tempat tidur berkelambu, senjata tradisional, alat perlengkapan rumah tangga, alat penangkap ikan, kerajinan anyam-anyaman, dan foto dokumentasi perjuangan rakyat Aceh melawan Belanda, termasuk para pahlawannya.

2.Bangunan rumah asli pahlawan wanita Aceh, Cut Meutia
Yang dipindahkan dari tempat asalnya ke Taman Mini Indonesia Indah, sampai sekarang rumah bersejarah ini masih anggun dan berdiri kokoh meski telah berumur 175 tahun. Keunikan arsitekturnya terletak pada jendela—yang juga berfungsi sebagai ventilasi—berupa lubang-lubang sela ukiran di seluruh dinding. Pintu rumah panggung bertiang 16 ini berada di lantai rumah dengan daun pintu membuka ke atas, sehingga harus menggunakan tangga untuk masuk. Konon, pintu ini dibuat karena alasan keamanan.
Baik rumoh Aceh maupun rumah Cut Meutia beragam hias ukir tetumbuhan seperti bungong meulu, bungong jeumpa, dan bungong mata uroe pada dinding, pintu, tulak angin, jendela, dan beberapa bagian lainnya. Warna ukiran disesuaikan dengan warna dasar bangunan. Ukiran motif awan beriring (canek awan), lambang kesuburan, terdapat pada tangga, dinding, dan ruang tengah. Pada bagian atas pintu terdapat kaligrafi, sedangkan tulak angin dan dinding atas dengan ukiran keurawang bermotif sulur-suluran, selain untuk keindahan juga sebagai ventilasi. Kebanyakan ukiran hiasan rumah Aceh tidak mengandung lambang tertentu, melainkan sebagai unsur keindahan saja.

3.Lumbung padi (krueng pade)
Tempat menyimpan padi

4.Penumbuk padi (jeungki)
Jeungki/Jingki adalah alat penumbuk padi tradisional masyarakat Aceh. Jeungki tidak dapat dipisahkan dari kehidupan petani tradisional Aceh. Pada masa dulu hampir setiap keluarga mempunya Jeungki yang berfungsi untuk menumbuk padi atau beras. Selain itu Jeungki juga dapat digunakan untuk menumbuk kopi, sagu, emping beras, tepung atau menumbuk bumbu masakan dan kelapa dalam proses pengolahan minyak kelapa dengan cara tradisional Aceh.

5.Tempat kumpul (bale),

6.Langgar (meunasah)
Meunasah dalam bahasa Indonesia disebut dengan mushalla, surau, atau langgar. Meunasah lazimnya lebih kecil dari mesjid dan bentuk atasnya tidak berkubah sebagaimana mesjid. Bentuk meunasah sama saja dengan rumah-rumah biasa. Berbeda dengan mesjid, karena bentuk meunasah lebih kecil dan sederhana, tidak digunakan orang untuk shalat Jumat.

7.Panggung pagelaran
Di sebelah kiri anjungan digunakan untuk pergelaran berbagai seni tradisional, seperti Saman dan Seudati, terutama pada hari Minggu dan libur. Anjungan NAD pernah dikunjungi beberapa tamu negara, seperti perdana menteri Selandia Baru, duta-duta besar Pakistan, Malaysia, Philipina, Muangthai, dan India.

8.Pesawat terbang Dakota
Pesawat terbang Dakota dengan nomor RI. 001 Seulawah, sumbangan rakyat Aceh sebagai bukti ikut dalam perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan, dipajang di halaman.

II. Profil Daerah Nanggroe Aceh Darussalam

Daerah Istimewa Aceh yang kini disebut dengan Nangroe Aceh Darussalaam terletak di sebelah ujung Utara pulau Sumatera dan merupakan wilayah paling Barat negara Republik Indonesia. Batasnya ialah: sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Barat dan Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia dan sebelah Timur berbatasan dengan propinsi Sumatra Utara.
Di tengah-tengah Daerah Istimewa Aceh membujur Bukit Barisan, gunung-gunung yang berhutan lebat, seakan-akan membagi wilayah ini menjadi dua bagian, sebelah Barat dan sebelah Timur. Dari hutan-hutannya dapat diperoleh hasil hutan seperti damar, terpentin dan lain-lain. Di bagian Timur lebih banyak tanaman perkebunan dan seperti kopi, tembaku, buah-buahan dan sebagainya serta persawahan padi. Sedangkan daerah Utara lebih dikenal dengan gas alam atau L.N.G. yang terdapat di Arun.
1.Suku bangsa Penduduk Daerah Istimewa Aceh
terdiri atas suku bangsa asli yakni suku bangsa Aceh yang terbagi dalam beberapa sub suku seperti : Gayo, Alas, Tamiang, Gayo Seumanah, Anek Jamee, Singkel dan lain-lain. Suku pendatang terdiri dari Jawa, Minangkabau, Palembang, Makasar, Sunda dan lain-lain, sedangkan bangsa asing pun banyak antara lain Arab, India, China dan orang-orang Eropah. Menurut mereka suku bangsa Aceh berasal dari Jazirah Arab, hal ini terlihat banyak suku bangsa Aceh yang bergelar Said, Habib dan sebagainya.

2.Mata pencaharian
Mata pencaharian pokok suku bangsa Aceh adalah bertani, terutama bertani sawah. Sebagai tempat menyimpan padi dibuat sebuah lumbung yang disebut keong pade atau keurandong. Pekerjaan bertani yang terdiri dari tahap-tahap pekerjaan, biasanya dilakukan dengan bergotong-royong yang disebut meuseuraya.

3.Kesenian
Kesenian yang berkembang pada suku bangsa Aceh antara lain seni sastra, baik lisan maupun tertulis berupa prosa dan pantun. Seni tari seperti tari Seudati yang sangat terkenal, tari Saman, tari Guel, tari Bungung Rampoe dan sebagainya, sedang seni suaranya, misalnya qasidah berzanji. Suku bangsa Aceh menyenangi hiasan manik-manik seperti kipas, tudung saji, hiasan baju dan sebagainya. Kemudian seni ukir dengan motif dapat dilihat pada hiasan-hiasan yang terdapat pada tikar, kopiah, pakaian adat, dan sebagainya.

4.Seni bangunan
Seni bangunan tradisionalnya berupa rumah adat yang disebut Rumoh Aceh . Menurut ukuran atau besarnya bangunan rumah Aceh ada beberapa macam yaitu rumah Lhee Rueng, rumah Anjong, rumah Liwong Rueng atau rumah dua inang, dan rumah lapan rueng. Selain berbeda besarnya jumlah ruangannya pun berbeda pula. Di samping bangunan rumah untuk tempat tinggal, beberapa bangunan lain yang terdapat di Aceh yaitu meunasah, meuseujid, Balai blang, Janmbo blang dan pondok pesantren atau Jedah.

III. Letak Geografis

Daerah provinsi NAD terletak di Pulau Sumatra. Daerah ini berbatasan dengan Teluk Benggala di sebelah utara, samudra Hindia di sebelah barat, selat malaka di sebelah timur, dan sumatra di sebelah tenggara dan selatan. Luas provinsi Aceh 55.380 km², terletak antara 95° BT sampai dengan 98° BT dan 2° LU sampai dengan 6° LU. 18 Kabupaten, 5 Kodya/Kota, 227 Kecamatan dan Kelurahan/desa 5.862, Suku bangsa Aceh, Gayo, Alas, Aneuk jamee, Melayu tamiang, Kluet dan lain-lain.

IV. Seni dan Budaya
Aceh merupakan kawasan yang sangat kaya dengan seni budaya galibnya wilayah Indonesia lainnya. Aceh mempunyai aneka seni budaya yang khas seperti tari-tarian, dan budaya lainnya seperti:
a.Didong (seni pertunjukan dari masyarakat Gayo)
b.Meuseukee Eungkot (sebuah tradisi di wilayah Aceh Barat)
c.Peusijuek (atau Tepung tawar dalam tradisi Melayu)
1.Sastra
a.Bustanussalatin
b.Hikayat Prang Sabi
c.Hikayat Malem Diwa
d.Legenda Amat Rhah manyang
e.Legenda Putroe Neng
f.Legenda Magasang dan Magaseueng

2.Senjata Tradisional
Rencong adalah senjata tradisional Aceh bentuknya menyerupai huruf L, bila dilihat lebih dekat bentuknya merupakan kaligrafi tulisan bismillah. Rencong termasuk dalam kategori dagger atau belati (bukan pisau ataupun pedang). Selain rencong, bangsa Aceh juga memiliki beberapa senjata khas lainnya, seperti siwah, geuliwang dan peudeueng.

3.Rumah Tradisional
Rumah tradisonal suku Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramoë keuë (serambi depan), seuramoë teungoh (serambi tengah) dan seuramoë likôt (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh dapu (rumah dapur).

4.Tarian Tradisional
Provinsi Aceh yang memiliki setidaknya 10 suku bangsa, memiliki kekayaan tari-tarian yang sangat banyak dan juga sangat mengagumkan. Beberapa tarian yang terkenal di tingkat nasional dan bahkan dunia merupakan tarian yang berasal dari Aceh, seperti Tari Rateb Meuseukat dan Tari Saman. Provinsi Aceh yang memiliki setidaknya 10 suku bangsa, memiliki kekayaan tari-tarian yang sangat banyak dan juga sangat mengagumkan. Beberapa tarian yang terkenal di tingkat nasional dan bahkan dunia merupakan tarian yang berasal dari Nanggroe Aceh Darussalam, seperti tari Rateb Meuseukat dan tari Saman, Tari-tarian di provinsi Aceh diantaranya : Tari Laweut, Tari Likok Pulo, Tari Pho, Tari Ratéb Meuseukat, Tari Seudati, Tari Saman, Tari Bines,Didong, Tari Guel, Tari Ula-ula Lembing, Tari Mesekat

5.Seni musik
Walaupun musik tradisional masih tetap dipelihara, dikembangkan dan dipagelarkan oleh pecinta dan pendukung-pendukungnya sampai dewasa ini namun tidak mungkin akibat adanya unsur-unsur luar/kebudayaan luar, nilai-nilai budaya Aceh akan menjadi suram ataupun mungkin menjauh / menghilang dalam masyarakat. Adapun jenis-jenis Alat musik di NAD antara lain Arbab, Bangsi Alas, Serune kalee (Serunai), Rapai, Geundrang, Tambo, Takatok Trieng, Beareguh, Canang, Celempong.

6.Pakaian adat Aceh
Pakaian adat Aceh dilengkapi dengan beberapa macam pernik yang biasa selalu dikenakan pada acara-acara tertentu. Pernik-pernik tersebut antara lain:
a.Keureusang (Kerosang/Kerongsang/Bros)
Adalah perhiasan yang memiliki ukuran panjang 10 Cm dan lebar 7,5 Cm. Perhiasan dada yang disematkan di baju wanita (sejenis bros) yang terbuat dari emas bertatahkan intan dan berlian. Bentuk keseluruhannya seperti hati yang dihiasi dengan permata intan dan berlian sejumlah 102 butir. Keureusang ini digunakan sebagai penyemat baju (seperti peneti) dibagian dada. Perhiasan ini merupakan barang mewah dan yang memakainya adalah orang-orang tertentu saja sebagai perhiasan pakaian harian.
b.Patam Dhoe
Patam Dhoe adalah salah satu perhiasan dahi wanita Aceh. Biasanya dibuat dari emas ataupun dari perak yang disepuh emas. Bentuknya seperti mahkota.Patam Dhoeterbuat dari perak sepuh emas. Terbagi atas tiga bagian yang satu sama lainnya dihubungkan dengan engsel. Di bagian tengah terdapat ukuran kaligrafi dengan tulisan-tulisan Allah dan di tengahnya terdapat tulisan Muhammad-motif ini disebut Bungong Kalimah yang dilingkari ukiran bermotif bulatan-bulatan kecil dan bunga.
c.Peuniti
Seuntai Peuniti yang terbuat dari emas, terdiri dari tiga buah hiasan motif Pinto Aceh. Motif Pinto Aceh dibuat dengan ukiran piligran yang dijalin dengan motif bentuk pucuk pakis dan bunga. Pada bagian tengah terdapat motif boheungkot (bulatan-bulatan kecil seperti ikan telur). Motif Pinto Aceh ini diilhami dari bentuk pintu Rumah Aceh yang sekarang dikenal sebagai motif ukiran khas Aceh. Peuniti ini dipakai sebagai perhiasan wanita, sekaligus sebagai penyemat baju.
d.Simplah
Simplah merupakan suatu perhiasan dada untuk wanita. Terbuat dari perak sepuh emas. Terdiri dari 24 buah lempengan segi enam dan dua buah lempengan segi delapan. Setiap lempengan dihiasi dengan ukiran motif bunga dan daun serta permata merah di bagian tengah. Lempengan-lempengan tersebut dihubungkan dengan dua untai rantaiSimplah mempunayi ukuran Panjang sebesar 51 Cm dan Lebar sebesar 51 Cm.
e.Subang Aceh
Subang Aceh memiliki Diameter dengan ukuran 6 Cm. Sepasang Subang yang terbuat dari emas dan permata. Bentuknya seperti bunga matahari dengan ujung kelopaknya yang runcing-runcing. Bagian atas berupa lempengan yang berbentuk bunga Matahari disebut "Sigeudo Subang". Subang ini disebut juga subang bungong mata uro.
f.Taloe Jeuem
Seuntai tali jam yang terbuat dari perak sepuh emas. Terdiri dari rangkaian cincin-cincin kecil berbentuk rantai dengan hiasan bentuk ikan (dua buah) dan satu kunci. Tali jam ini merupakan pelengkap pakaian adat laki-laki yang disangkutkan di baju.

KESIMPULAN

Setelah mengadakan penelitian dan pengamatan melalui berbagai sektor dan data-data yang kami peroleh, maka dengan ini kami dapat menyimpulkan di antaranya :
a.Bahwa budaya sangat berarti bagi masyarakat dalam maupun masyarakat luar.
b.Dengan adanya seni dan budaya di Provinsi Nanggroe Aceh Aceh maka masyarakat Indonesia dapat mempercepat hubungan antara kebudayaan yang satu dengan yang lainya.